Di Tulis Oleh: Abu Haitsam Fakhry
KAJIAN NIDA AL-ISLAM
PENDAHULUAN
Nikmat Harta dan anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus disyukuri dengan menjaganya sesuai amanat yang Allah inginkan. Jangan pernah mengkhianati amanat Allah ini ! Jika mengkhianatinya , maka amanat ini akan berubah menjadi bumerang, bencana dan menjadi musuh atas penerima amanat . Maka waspadalah !!!!
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ. وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ
فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ .
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-(Nya) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui. Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. [QS. Al-Anfaal: 27-28]
Nikmat Harta dan anak adalah ujian keimanan , yang sewaktu-waktu berubah menjadi musuh jika tidak mampu membimbingnya dan mengendalikannya sesuai amanah Allah SAW. Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ
فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ
غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka; dan jika kalian maafkan dan kalian santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. [QS. At-Taghobun : 14]
******
ORANG TUA YANG MENYEMBAH ANAKNYA & MENJADIKANNYA SEKUTU ALLAH
Penyembahan nenek moyang adalah hal yang sudah maruf dalam sejarah teologi. Namun ada satu hal yang jarang diketahui dan di sadari oleh umat manusia dari dulu hingga sekarang yaitu penyembahan orang tua terhadap anak-anaknya. Tanpa mereka sadari bahwa dirinya telah menjadikan anaknya sebagai sekutu-sekutu Allah SWT dan menjadikannya berhala yang di sembah.
Dalam hal ini Allah swt menjelaskannya dengan terang benderang dalam al-Qur’an surat al-A’raaf:
TAFSIR MASING-MASING AYAT:
Artinya: : (189) Maka setelah menggaulinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) berdo’a kepada Allah, Tuhannya, seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". [QS. al-A'raf : 189].
Ibnu Katsir berkata:
Yang dimaksud dengan pengertian kata ‘saleh’ dalam ayat ini ialah seorang manusia yang utuh. Demikianlah menurut Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas....Sedangkan menurut Al-Hasan Al-Basri, makna yang dimaksud ialah sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak laki-laki.
Dalam Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia dikatakan:
“ Maka tatkala seorang suami mencampuri istrinya ia pun mengandung dengan kondisi kehamilan yang ringan sehingga ia tidak merasakannya, karena masih pada fase awal kehamilannya. Dalam kondisi kehamilan seperti itu ia terus beraktivitas seperti biasa tanpa kendala. Kemudian tatkala ia merasa berat dengan kehamilannya karena perutnya yang terus membesar keduanya memanjatkan doa kepada Rabb mereka berdua seraya berkata, “Sungguh, jika Engkau -ya Rabb kami- memberi kami anak dengan fisik yang baik dan sempurna, niscaya kami benar-benar akan bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada kami “.(Selesai )Kemudian dalam Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, di katakan:
“ Ketika kehamilan itu membesar di perutnya, dalam kondisi tersebut dia mulai merindukan anaknya. Dia berharap anaknya lahir dalam keadaan sehat dan selamat dari segala cacat. maka keduanya berdoa “kepada Allah Rabbnya seraya berkata ’sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna” sempurna penciptaannya tidak ada yang kurang suatu apapun “tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur” (Selesai )Lalu bagaimanakah kelanjutannya setelah Allah SWT mengabulkan doa suami istri tersebut ?
Allah swt berfirman:(190) Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Ibnu Katsir berkata:
“ Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki’, telah menceritakan kepada kami Sahi ibnu Yusuf, dari Amr, dari AL-HASAN AL-BASHRY sehubungan dengan firman-Nya:“ …maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu “.
Bahwa hal ini terjadi di kalangan sebagian pengikut agama-agama lain, bukan Adam.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Saur, dari Ma’ mar yang mengatakan bahwa AL-HASAN AL-BASHRY mengartikannya ‘keturunan anak Adam dan orang-orang yang musyrik dari kalangan mereka sesudah Adam tiada’, yakni makna firman-Nya:
“ …maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan Allah kepada keduanya itu “.
Ibnu Jarir pun mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari QOTADAH yang mengatakan,
"Dahulu Al-Hasan sering mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mereka yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Allah memberi mereka anak-anak, lalu mereka menjadikannya sebagai orang Yahudi dan orang Nasrani."
Semua sanad yang telah disebutkan di atas berpredikat sahih dari Al-Hasan, bahwa dia menafsirkan ayat ini dengan tafsiran tersebut.
Tafsir yang dikemukakannya ini adalah yang terbaik untuk makna ayat ini “. (Selesai perkataan Ibnu Katsir ).
Lalu Allah swt berfirman:
Artinya:
Harta dan anak adalah hanya Amanah dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui
Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar “.(QS. Al-Anfaal: 27 – 28 )
Berikut ini firman Allah swt tentang Nabi Nuh AS dengan Putranya:
Sebuah permintaan yang penuh dengan rasa berserah diri dan kejujuran dari Nuh a.s. tentang keadaan anaknya yang ditenggelamkan:
Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku." (Hud: 45)
Maksudnya, sedangkan Engkau telah menjanjikan kepadaku keselamatan seluruh keluargaku, dan janji-Mu adalah benar, tidak akan diingkari; maka mengapa Engkau menenggelamkannya. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.
Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu." (Hud: 46)
Maksudnya: Yang telah Aku janjikan keselamatan mereka, karena sesungguhnya Aku hanya menjanjikan kepadamu keselamatan orang-orang yang beriman saja dari kalangan keluargamu
PERHATIAN !
******
CIRI ORANG TUA YANG MENYEKUTUKAN ALLAH SWT DENGAN ANAKNYA:
Salah satu ciri orang tua yang menyekutukan Allah dengan anak-anaknya, dia lebih mencintai anaknya dari pada Allah atau mensejajarkan kecintaannya kepada anaknya dan kepada Allah swt.Di dalam sebuah hadis Rosulullah SAW bersabda:
Tidak seorang pun di antara kalian beriman (dengan iman yang sempurna) sampai aku (Nabi Muhammad ﷺ) lebih dicintainya daripada anaknya, orangtuanya, dan seluruh umat manusia (HR. Muslim no. 44).
Dalam riwayat lain disebutkan dari Abdullah bin Hisham RA, beliau berkata:
Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ dan beliau ﷺ memegang tangan Umar bin Khattab.
Lalu Umar berkata, “Ya Rasulullah ﷺ, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.”
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, “Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, (imanmu belum sempurna) hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”
Kemudian Umar berkata, “Sekarang, demi Allah, engkau (Rasulullah ﷺ) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Rasulullah ﷺ berkata, “Sekarang baru, wahai Umar (imanmu telah sempurna)” (HR. Bukhari no. 6632)
Manusia dan Jin diciptakan oleh Allah SWT agar menjadi hambanya yang senantiasa menyembah kepadanya:
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dan Allah swt berfirman:
Artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “. (QS. An-Nisaa: 48 ).
*****
KISAH NABI IBRAHIM :
BELIAU LEBIH MENCINTAI ALLAH DARI PADA ANAKNYA, ORANG TUANYA, ISTRINYA DAN DIRINYA:
Dalam Al-Qur'an, nama Ibrahim disebutkan 69 kali dalam 25 surah, yakni pada surah:1. Al-Baqarah (02): 124, 125 (2 kali), 126, 127, 130, 132, 133, 135, 136, 140, 258 (3 kali), 260
2. Ali 'Imran (03): 33, 65, 67, 68, 84, 95, 97
3. An-Nisa' (04): 54, 125 (2 kali), 163
4. Al-An'am (06): 74, 75, 83, 161
5. At-Taubah (09): 70, 114 (2 kali)
6. Hud (11): 69, 74, 75, 76
7. Yusuf (12): 6, 38
8. Ibrahim (14): 35
9. Al-Hijr (15): 51
10. An-Nahl (16): 120, 123
11. Maryam (19): 41, 46, 58
14. Asy-Syu'ara' (26): 69
15. Al-Ankabut (29): 16, 31
16. Al-Ahzab (33): 7
17. Ash-Shaffat (37): 83, 104, 109
18. Shad (38): 45
19. Asy-Syura (42): 13
20. Az-Zukhruf (43): 26
21. Adz-Dzariyat (51): 24
22. An-Najm (53): 37
23. Al-Hadid (57): 26
24. Al-Mumtahanah (60): 4 (2 kali)
25. Al-A'la (87): 19
Allah SWT menggelari Nabi Ibrahim AS dengan gelar seorang MUSLIM HANIIF:
Artinya: “ Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus (Haniif)lagi berserah diri - kepada Allah- (Muslim)dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik “. (QS. Ali Imran: 67 )
Dan juga di gelari dengan Ash-Shiddiq. Allah swt berfirman:
Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia adalah ash-Shiddiiq (seorang yang sangat membenarkan ), seorang Nabi. (QS. Maryam: 41)
Nabi Ibrahim adalah sosok teladan yang terbaik dalam mendidik anak-anaknya, mereka menjadi para nabi dan Rasul, salah satu sebab keberhasilannya, beliau tidak pernah menyekutukan Allah SWT dengan putra-putranya.
Dan Beliau juga telah berhasil melalui semua ujian yang Allah ujikan kepadanya dengan sempurna, sebagaimana yang Allah SWT firmankan:
Dan (ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. Qur’an: Al-Baqara (2:124)
Adapun ujian-ujian yang Allah ujikan kepadanya, diantaranya adalah sbb:
PERTAMA: Nabi Ibrahim lebih mencintai Allah dari pada ayahnya Aazar.
Beliau rela diusir oleh ayahnya. Dalam surat Thoha Allah SWT menceritakan dakwah Nabi Ibrohim AS kepada ayahnya yang tercinta, dan penolakan serta pengusirannya terhadapanya:TENTANG DAKWAH NABI IBRAHAIM KEPADA AYAHNYA,
TANGGAPAN AYAH IBRAHIM SERTA PENGUSIRANNYA.
Allah swt berfirman:
قَالَ اَرَاغِبٌ اَنْتَ عَنْ اٰلِهَتِيْ يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ لَاَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِيْ مَلِيًّا ﴿مريم: ۴۶﴾قَالَ سَلٰمٌ عَلَيْكَ ۚ سَاَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّيْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ بِيْ حَفِيًّا ﴿مريم: ۴۷﴾
وَاَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَاَدْعُوْ رَبِّيْ ۖ عَسٰٓى اَلَّآ اَكُوْنَ بِدُعَاۤءِ رَبِّيْ شَقِيًّا ﴿مريم: ۴۸﴾
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۙوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ ۗ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا ﴿مريم: ۴۹﴾
=====
KEDUA: Nabi Ibrahim lebih mencintai Allah dari pada dirinya sendiri.
Beliau patuh kepada Allah ketika di tugaskan mendakwahi Raja Namrud dan kaumnya serta menghancurkan patung-patung yang mereka sembah. Meskipun resikonya beliau di tangkap dan di bakar hidup-hidup.Dalam surat al-Anbiya, Allah swt menceritakan tentang Dakwah Nabi Ibrahim kepada kaumnya, penghancuran patung-patung berhala dan nabi Ibrahim AS dibakar hidup-hidup oleh kaumnya.
Nabi Ibrahim tanpa mempedulikan nyawanya, mendatangi Raja Namrud si Dewa Matahari dan mendakwahinya, maka terjadilah perdebatan. Singkat Cerita dalam perdebatan tsb Namrud yang mengaku sebagai dewa Matahari ternyata tidak mampu merubah arah terbit matahari.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan).
Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah: 258 )
Nabi Ibrahim Di Bakar hidup-hidup oleh kaumnya setelah mendakwahinya dan membakar patung-patung berhala mereka. Allah swt berfirman:
قَالُوْا مَنْ فَعَلَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَآ اِنَّهٗ لَمِنَ الظّٰلِمِيْنَ ﴿59﴾
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ ﴿60﴾
قَالُوْا فَأْتُوْا بِهٖ عَلٰٓى اَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُوْنَ ﴿61﴾
قَالُوْٓا ءَاَنْتَ فَعَلْتَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَا يٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۗ ﴿62﴾
قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ ﴿63﴾
فَرَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَنْفُسِهِمْ فَقَالُوْٓا اِنَّكُمْ اَنْتُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۙ ﴿64﴾
ثُمَّ نُكِسُوْا عَلٰى رُءُوْسِهِمْ ۚ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هٰٓؤُلَاۤءِ يَنْطِقُوْنَ ﴿65﴾
قَالَ اَفَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يَضُرُّكُمْ ۗ ﴿66﴾
اُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗاَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ﴿67﴾
قَالُوْا حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْٓا اٰلِهَتَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ ﴿68﴾
قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ ﴿69﴾
وَاَرَادُوْا بِهٖ كَيْدًا فَجَعَلْنٰهُمُ الْاَخْسَرِيْنَ ۚ ﴿70﴾
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ ﴿71﴾
وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ ﴿72﴾
وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيْتَاۤءَ الزَّكٰوةِ ۚ وَكَانُوْا لَنَا عٰبِدِيْنَ ۙ ﴿73﴾
Artinya:
- Maka dia (Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya); agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (QS. Al-Anbiya': 58)
- Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya': 59)
- Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya': 60)
- Mereka berkata, “(Kalau demikian) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak, agar mereka menyaksikan.” (QS. Al-Anbiya': 61)
- Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?” (QS. Al-Anbiya': 62)
- Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” (QS. Al-Anbiya': 63)
- Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, “Sesungguhnya kalian lah yang menzalimi (diri sendiri).” (QS. Al-Anbiya': 64)
- Kemudian mereka menundukkan kepala (lalu berkata), “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.” (QS. Al-Anbiya': 65)
- Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kalian menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kalian? (QS. Al-Anbiya': 66)
- Celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah! Tidakkah kalian mengerti?” (QS. Al-Anbiya': 67)
- Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak berbuat.” (QS. Al-Anbiya': 68)
- Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. Al-Anbiya': 69)
- Dan mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi. (QS. Al-Anbiya': 70)
- Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam. (QS. Al-Anbiya': 71)
- Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Yakub, sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. (QS. Al-Anbiya': 72)
======
KETIGA: NABI IBRAHIM AS SEORANG YANG SABAR DAN TIDAK TERBURU-BURU:
Nabi Ibrahim AS bersabar dalam berdoa kepada Allah SWT agar di anugerahi keturunan, meskipun Allah swt mengakhirkan pengabulannya di usianya antara 80 tahun hingga 90 tahun. Beliau tidak berputus asa dan tergesa-gesa. Beliau tidak berpaling dari Allah lalu pergi ketempat-tempat kramat atau dukun. Dia tetap bersama Allah SWT.Al-Haafidz Ibnu Katsir berkata dalam “قصص الأنبياء” tentang Hajar AS:
Dan dia – Hajar - melahirkan Isma’il dan Saat itu Usia Ibrahim delapan puluh enam (86) tahun sebelum kelahiran Ishak. Lalu Allah swt mewahyukan kepada Ibrahim yang isinya memberi kabar gembira kepadanya tentang kelahiran Ishak dari Sarah, dan dia pun langsung bersujud kepada Allah “.
Allah swt berfirman tentang ucapan puji syukur Nabi Ibrahim kepada-Nya atas karunia Anak di usia tua renta:
Artinya: “ Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di masa tuaku: Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa “. (QS. Ibrahim: 39)
Cita-cita utama Ibrahim untuk dirinya dan anak keturunannya adalah menjadi ahli sholat dalam rangka menyembah Allah, seperti yang tertuang dalam doanya dalam ayat berikutnya:
Artinya: “ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku “. (QS. Ibrahim: 40)
Maka Allah SWT mengabulkannya, dan berfirman:
Artinya: “Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah “. (QS. Al-Anbiya': 73)
TIDAK SABAR MENUNGGU TERKABULNYA DOA ITU TIDAK BAIK
Jika kita ingin meneladani jejak Nabi Ibrahim AS dlam berdoa, bersabar lah hanya kepada Allah SWT dan janganlah terburu-buru ketika lambat di kabulkan langsung berpaling dari Allah SWT lalu mencari syariat baru, pergi ke para dukun dan tempat-tempat keramat.Dalam (surat al-Hajj: 11-13)Allah swt menggambarkan tentang orang yang terburu-buru dlm berdoa dan menyembah Allah SWT DI TEPI, artinya menyembahnya tergantung kondisi, jika menguntungkan maka lanjut, jika tidak maka dia akan mencari yang lebih mustajab selain Allah:
Artinya:
Dalam Hadits Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda:
Artinya: “’Senantiasa (doa) seorang hamba dikabulkan selama dia tidak memohon suatu dosa, memutus silaturahmi dan tidak tergesa-gesa.’ Rasulullah SAW ditanya, ‘Apa arti tergesa-gesa (dalam berdoa)?’ Beliau SAW menjawab, ‘Orang yang berdoa tersebut mengatakan, ‘Saya telah berdoa. Dan saya benar-benar telah berdoa, tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan doaku.’ Kemudian dia berhenti berdoa dan meninggalkannya.” (HR. Muslim )
Artinya: “’Senantiasa seorang hamba berada dalam kebaikan selama ia tidak tergesa-gesa (dalam do’anya pent.)’. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa (dalam do’a pent.)wahai Rasulullah?’ Beliau mengatakan, “Aku telah berdo’a kepada Rabbku akan tetapi Dia tidak mengabulkan permintaanku’”
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Manusia telah diciptkan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kalian minta kepada-Ku mendatangkannya dengan tergesa-gesa.” (QS. Al-Anbiya’: 37).
Seperti dalam hadist Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Artinya:” Bersikap Tenang dan Tidak tergesa-gesa itu datangnya dari Allah sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.”
(HR. Abu Ya’la 7/247 No. 4256 dan Al-Baihaqi 10/104 No. 20767 ). Al-Mundziri dlm “الترغيب والترهيب” 2/359 dan al-Haitsami dalam “مجمع الزوائد” 8/22 berkata: “رجاله رجال الصحيح“. Dan dianggap bagus oleh Ibnu Qoyyim dlm “إعلام الموقعين” 2/120. Dan di hasankan oleh syeikh al-Baani dlm “صحيح الجامع” No. 3011.
JANGANLAH TERBURU-BURU ! KARENA KETIKA DI CABUT NYAWANYA MAU KEMANA LAGI ?
Allah swt berfirman:Artinya:
- (20) Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kalian (hai manusia) mencintai YANG TERBURU-BURU (kehidupan dunia ),
- (21) dan meninggalkan YANG TERAKHIR (kehidupan akhirat ).
- (22) Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
- (23) Kepada Tuhannyalah mereka memandang.
- (24) Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,
- (25) mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.
- (26) Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,
- (27) dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkannya ?",
- (28) dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia),
- (29) dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan) [ QS. Al-Qiyaamah: 21-29 ].
DALAM KEBAIKAN PUN JANGAN TERLALU TERBURU-BURU
Harus senantiasa Tenang, Tidak Perlu Tergesa-gesa meskipun hendak Menuju Masjid untuk mengejar sholat berjamaah. Abu Qotadah mengatakan,“Tatkala kami menunaikan shalat bersama Nabi SAW ketika itu terdengar suara beberapa orang yang tergesa-gesa.
Kemudian setelah selesai shalat beliau SAW berkata, “Ada apa dengan kalian tadi?” Orang-orang yang tadi tergesa-gesa pun menjawab, “Kami tadi tergesa-gesa untuk shalat.”
Beliau SAW pun berkata, “Janganlah kalian lakukan seperti itu. Jika kalian mendatangi shalat, bersikap tenanglah. Jika kalian mendapati imam shalat, maka ikutilah. Sedangkan apa yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda,
“Jika kalian mendengar adzan, berjalanlah menuju shalat, bersikap tenang dan khusyu’lah, janganlah tergesa-gesa. Jika kalian mendapati imam shalat, maka shalatlah. Sedangkan apa yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi Ibrahim pernah di tegur oleh Allah SWT karena tergesa-gesa untuk menjalankan perintah-Nya sebelum dijelaskan tata caranya:
Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW bersabda:
“Nabi Ibrahim berkhitan beliau berusia delapan puluh tahun dengan Kapak.” (HR. Bukhori No. 3356 dan Muslim no. 2370).
Dalam riwayat lain di katakan:
Artinya: “ Ibrahim Kekasih Allah diperintahkan untuk disunat ketika dia berusia delapan puluh tahun, lalu dia terburu-buru dan dia menyunatnya dengan Kapak, maka dia merasakan kesakitan yang sangat, lalu dia mengadu kepada Tuhannya,
Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: kamu tergesa-gesa sebelum kami memerintahkan mu dengan alat nya. Dia berkata: Ya Tuhan, aku tidak suka menunda-nunda perintah Engkau. (HR. Abu Ya’la dan al-Baihaqi. Hadits ini Dhoif, sanadnya معضل ).
Nabi Muhammad SAW pernah di tegur oleh Allah swt karena tergesa-gesa membacakan wahyu yang belum tuntas disampaikan oleh Malaikat Jibril. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an (surah Thoha: 114)yang berbunyi:
"Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu." (QS. Thoha: 114 )
Dan dalam surat al-Qiyaamah Allah SWT berfirman:
Artinya:
- (16) Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
- (17) Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.
- (18) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. Al-Qiyamah: 16-18 )
========
KEEMPAT: NABI IBRAHIM LEBIH MENCINTAU ALLAH DARI PADA ANAK DAN ISTRINYA.
Beliau lebih suka mematuhi perintah Allah, termasuk ketika di perintahkan untuk menempatkan Anaknya “ Ismail” yang baru lahir dan Istrinya “Hajar ” di Makkah. Di Sebuah lokasi sangat jauh dari tempat tinggalnya, di tempat yang tiada tanda-tanda kehidupan, di sebuah tempat yang mustahil seseorang akan bisa bertahan hidup, apalagi seorang wanita bersama bayinya yang baru lahir dan masih menyusu. Di tempat yang tiada manusia, tiada air, tiada rerumptan dan tumbuh-tumbuhan. Seperti doa Nabi Ibrahim setelah menempatkan anak dan istrinya, sambil mengintip dari kejauhan balik bukit:“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur “. (QS. Ibrahim: 37)
Putra nya Ismail adalah anak satu-satunya, baru lahir dan anak yang sangat dirindukannya. Setelah sekian lama menanti, hingga di usianya hampir mendekati 90 tahun baru dianugerahi seorang putra ???.
Imam Bukhori dlam shahihnya meriwayatkan dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata:
فَقَالَتْ يَا إِبْرَاهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الْوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ
فَقَالَتْ لَهُ ذَلِكَ مِرَارًا وَجَعَلَ لَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهَا فَقَالَتْ لَهُ أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا
قَالَ نَعَمْ قَالَتْ إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا ثُمَّ رَجَعَتْ
فَانْطَلَقَ إِبْرَاهِيمُ حَتَّى إِذَا كَانَ عِنْدَ الثَّنِيَّةِ حَيْثُ لَا يَرَوْنَهُ اسْتَقْبَلَ بِوَجْهِهِ الْبَيْتَ ثُمَّ دَعَا بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ رَبِّ { إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ حَتَّى بَلَغَ يَشْكُرُونَ }
وَجَعَلَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ تُرْضِعُ إِسْمَاعِيلَ وَتَشْرَبُ مِنْ ذَلِكَ الْمَاءِ حَتَّى إِذَا نَفِدَ مَا فِي السِّقَاءِ عَطِشَتْ وَعَطِشَ ابْنُهَا وَجَعَلَتْ تَنْظُرُ إِلَيْهِ يَتَلَوَّى أَوْ قَالَ يَتَلَبَّطُ فَانْطَلَقَتْ كَرَاهِيَةَ أَنْ تَنْظُرَ إِلَيْهِ فَوَجَدَتْ الصَّفَا أَقْرَبَ جَبَلٍ فِي الْأَرْضِ يَلِيهَا فَقَامَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْ الْوَادِيَ تَنْظُرُ هَلْ تَرَى أَحَدًا فَلَمْ تَرَ أَحَدًا فَهَبَطَتْ مِنْ الصَّفَا حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْوَادِيَ رَفَعَتْ طَرَفَ دِرْعِهَا ثُمَّ سَعَتْ سَعْيَ الْإِنْسَانِ الْمَجْهُودِ حَتَّى جَاوَزَتْ الْوَادِيَ ثُمَّ أَتَتْ الْمَرْوَةَ فَقَامَتْ عَلَيْهَا وَنَظَرَتْ هَلْ تَرَى أَحَدًا فَلَمْ تَرَ أَحَدًا فَفَعَلَتْ ذَلِكَ سَبْعَ مَرَّاتٍ
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَذَلِكَ سَعْيُ النَّاسِ بَيْنَهُمَا
فَلَمَّا أَشْرَفَتْ عَلَى الْمَرْوَةِ سَمِعَتْ صَوْتًا فَقَالَتْ صَهٍ تُرِيدُ نَفْسَهَا ثُمَّ تَسَمَّعَتْ فَسَمِعَتْ أَيْضًا فَقَالَتْ قَدْ أَسْمَعْتَ إِنْ كَانَ عِنْدَكَ غِوَاثٌ فَإِذَا هِيَ بِالْمَلَكِ عِنْدَ مَوْضِعِ زَمْزَمَ فَبَحَثَ بِعَقِبِهِ أَوْ قَالَ بِجَنَاحِهِ حَتَّى ظَهَرَ الْمَاءُ فَجَعَلَتْ تُحَوِّضُهُ وَتَقُولُ بِيَدِهَا هَكَذَا وَجَعَلَتْ تَغْرِفُ مِنْ الْمَاءِ فِي سِقَائِهَا وَهُوَ يَفُورُ بَعْدَ مَا تَغْرِفُ
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَرْحَمُ اللَّهُ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ لَوْ تَرَكَتْ زَمْزَمَ أَوْ قَالَ لَوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنْ الْمَاءِ لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِينًا قَالَ فَشَرِبَتْ وَأَرْضَعَتْ وَلَدَهَا
فَقَالَ لَهَا الْمَلَكُ: لَا تَخَافُوا الضَّيْعَةَ فَإِنَّ هَا هُنَا بَيْتَ اللَّهِ يَبْنِي هَذَا الْغُلَامُ وَأَبُوهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَهْلَهُ
وَكَانَ الْبَيْتُ مُرْتَفِعًا مِنْ الْأَرْضِ كَالرَّابِيَةِ تَأْتِيهِ السُّيُولُ فَتَأْخُذُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ فَكَانَتْ كَذَلِكَ حَتَّى مَرَّتْ بِهِمْ رُفْقَةٌ مِنْ جُرْهُمَ أَوْ أَهْلُ بَيْتٍ مِنْ جُرْهُمَ مُقْبِلِينَ مِنْ طَرِيقِ كَدَاءٍ فَنَزَلُوا فِي أَسْفَلِ مَكَّةَ فَرَأَوْا طَائِرًا عَائِفًا
فَقَالُوا: " إِنَّ هَذَا الطَّائِرَ لَيَدُورُ عَلَى مَاءٍ لَعَهْدُنَا بِهَذَا الْوَادِي وَمَا فِيهِ مَاءٌ "
فَأَرْسَلُوا جَرِيًّا أَوْ جَرِيَّيْنِ فَإِذَا هُمْ بِالْمَاءِ فَرَجَعُوا فَأَخْبَرُوهُمْ بِالْمَاءِ فَأَقْبَلُوا
قَالَ: وَأُمُّ إِسْمَاعِيلَ عِنْدَ الْمَاءِ ، فَقَالُوا: أَتَأْذَنِينَ لَنَا أَنْ نَنْزِلَ عِنْدَكِ. فَقَالَتْ: نَعَمْ وَلَكِنْ لَا حَقَّ لَكُمْ فِي الْمَاءِ. قَالُوا: نَعَمْ
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَأَلْفَى ذَلِكَ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ وَهِيَ تُحِبُّ الْإِنْسَ فَنَزَلُوا وَأَرْسَلُوا إِلَى أَهْلِيهِمْ فَنَزَلُوا مَعَهُمْ حَتَّى إِذَا كَانَ بِهَا أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْهُمْ وَشَبَّ الْغُلَامُ وَتَعَلَّمَ الْعَرَبِيَّةَ مِنْهُمْ وَأَنْفَسَهُمْ وَأَعْجَبَهُمْ حِينَ شَبَّ فَلَمَّا أَدْرَكَ زَوَّجُوهُ امْرَأَةً مِنْهُمْ وَمَاتَتْ أُمُّ إِسْمَاعِيلَ
فَجَاءَ إِبْرَاهِيمُ بَعْدَمَا تَزَوَّجَ إِسْمَاعِيلُ يُطَالِعُ تَرِكَتَهُ فَلَمْ يَجِدْ إِسْمَاعِيلَ. فَسَأَلَ امْرَأَتَهُ عَنْهُ. فَقَالَتْ: " خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا ". ثُمَّ سَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ. فَقَالَتْ: "نَحْنُ بِشَرٍّ نَحْنُ فِي ضِيقٍ وَشِدَّةٍ ". فَشَكَتْ إِلَيْهِ. قَالَ: " فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلَامَ وَقُولِي لَهُ يُغَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِهِ.
فَلَمَّا جَاءَ إِسْمَاعِيلُ كَأَنَّهُ آنَسَ شَيْئًا ، فَقَالَ: " هَلْ جَاءَكُمْ مِنْ أَحَدٍ ؟ ". قَالَتْ: " نَعَمْ جَاءَنَا شَيْخٌ كَذَا وَكَذَا فَسَأَلَنَا عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ وَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْشُنَا فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا فِي جَهْدٍ وَشِدَّةٍ. قَالَ: " فَهَلْ أَوْصَاكِ بِشَيْءٍ ؟ ". قَالَتْ: " نَعَمْ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ السَّلَامَ وَيَقُولُ غَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِكَ ".
قَالَ: " ذَاكِ أَبِي وَقَدْ أَمَرَنِي أَنْ أُفَارِقَكِ الْحَقِي بِأَهْلِكِ ". فَطَلَّقَهَا وَتَزَوَّجَ مِنْهُمْ أُخْرَى فَلَبِثَ عَنْهُمْ إِبْرَاهِيمُ مَا شَاءَ اللَّهُ
ثُمَّ أَتَاهُمْ بَعْدُ فَلَمْ يَجِدْهُ فَدَخَلَ عَلَى امْرَأَتِهِ فَسَأَلَهَا عَنْهُ. فَقَالَتْ: خَرَجَ يَبْتَغِي لَنَا. قَالَ: " كَيْفَ أَنْتُمْ " وَسَأَلَهَا عَنْ عَيْشِهِمْ وَهَيْئَتِهِمْ. فَقَالَتْ: " نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسَعَةٍ "، وَأَثْنَتْ عَلَى اللَّهِ. فَقَالَ: "مَا طَعَامُكُمْ. قَالَتْ: " اللَّحْمُ ". قَالَ: " فَمَا شَرَابُكُمْ". قَالَتْ: " الْمَاءُ ". قَالَ: " اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِي اللَّحْمِ وَالْمَاءِ ".
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ يَوْمَئِذٍ حَبٌّ وَلَوْ كَانَ لَهُمْ دَعَا لَهُمْ فِيهِ قَالَ فَهُمَا لَا يَخْلُو عَلَيْهِمَا أَحَدٌ بِغَيْرِ مَكَّةَ إِلَّا لَمْ يُوَافِقَاهُ ".
قَالَ: فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِي عَلَيْهِ السَّلَامَ وَمُرِيهِ يُثْبِتُ عَتَبَةَ بَابِهِ. فَلَمَّا جَاءَ إِسْمَاعِيلُ قَالَ: " هَلْ أَتَاكُمْ مِنْ أَحَدٍ ". قَالَتْ: "نَعَمْ أَتَانَا شَيْخٌ حَسَنُ الْهَيْئَةِ " وَأَثْنَتْ عَلَيْهِ ، " فَسَأَلَنِي عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ فَسَأَلَنِي كَيْفَ عَيْشُنَا فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا بِخَيْرٍ ". قَالَ: "فَأَوْصَاكِ بِشَيْءٍ ". قَالَتْ " نَعَمْ هُوَ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلَامَ وَيَأْمُرُكَ أَنْ تُثْبِتَ عَتَبَةَ بَابِكَ ". قَالَ: ذَاكِ أَبِي وَأَنْتِ الْعَتَبَةُ أَمَرَنِي أَنْ أُمْسِكَكِ
ثُمَّ لَبِثَ عَنْهُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ جَاءَ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِسْمَاعِيلُ يَبْرِي نَبْلًا لَهُ تَحْتَ دَوْحَةٍ قَرِيبًا مِنْ زَمْزَمَ. فَلَمَّا رَآهُ قَامَ إِلَيْهِ فَصَنَعَا كَمَا يَصْنَعُ الْوَالِدُ بِالْوَلَدِ وَالْوَلَدُ بِالْوَالِدِ. ثُمَّ قَالَ: " يَا إِسْمَاعِيلُ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِأَمْرٍ ". قَالَ: " فَاصْنَعْ مَا أَمَرَكَ رَبُّكَ ". قَالَ: "وَتُعِينُنِي ". قَالَ: " وَأُعِينُكَ ". قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ هَا هُنَا بَيْتًا ". وَأَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى مَا حَوْلَهَا.
قَالَ: فَعِنْدَ ذَلِكَ رَفَعَا الْقَوَاعِدَ مِنْ الْبَيْتِ فَجَعَلَ إِسْمَاعِيلُ يَأْتِي بِالْحِجَارَةِ وَإِبْرَاهِيمُ يَبْنِي حَتَّى إِذَا ارْتَفَعَ الْبِنَاءُ جَاءَ بِهَذَا الْحَجَرِ فَوَضَعَهُ لَهُ فَقَامَ عَلَيْهِ وَهُوَ يَبْنِي وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الْحِجَارَةَ وَهُمَا يَقُولَانِ { رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ }
Artinya:
"Wanita pertama yang menggunakan ikat pinggang adalah ibu Nabi Isma'il AS. Dia menggunakannya untuk menghilangkan jejak dari Sarah.
Kemudian Ibrahim AS membawanya berserta anaknya Isma'il yang saat itu ibunya masih menyusuinya hingga Ibrahim AS menempatkan keduanya dekat Baitullah (Ka'bah) pada sebuah gubuk di atas zamzam di ujung al-masjidil Haram.
Waktu itu di Makkah tidak ada seorangpun yang tinggal di sana dan tidak ada pula air. Ibrahim menempatkan keduanya disana dan meninggalkan semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air.
Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan keduanya. Maka Ibu Isma'il mengikutinya seraya berkata; "Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana?. Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apapun ini". Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali namun Ibrahim tetap tidak menoleh kepadanya (karena tidak tega melihatnya. Pen ).
Akhirnya ibu Isma'il bertanya; "Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semuanya ini?". Ibrahim menjawab: "Ya".
Ibu Isma'il berkata; "Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami". Kemudian ibu Isma'il kembali.
Dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika sampai pada sebuah bukit dan istrinya Hajar tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah Ka'bah lalu berdo'a untuk mereka dengan beberapa kalimat do'a dengan mengangkat kedua belah tangannya, katanya:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur “. (QS. Ibrahim: 37 )
Kemudian ibu Isma'il mulai menyusui anaknya dan minum dari air persediaan hingga ketika air yang ada pada geriba habis dia menjadi haus begitu juga anaknya.
Lalu dia memandang kepada Isma'il sang bayi yang sedang meronta-ronta", atau dia berkata dengan kalimat: "Berguling-guling diatas tanah".
Kemudian Hajar pergi meninggalkan Isma'il dan tidak kuat melihat keadaannya. Maka dia mendatangi bukit Shafaa sebagai gunung yang paling dekat keberadaannya dengannya. Dia berdiri disana lalu menghadap ke arah lembah dengan harapan dapat melihat orang di sana namun dia tidak melihat seorang pun. Maka dia turun dari bukit Shafaa dan ketika sampai di lembah dia menyingsingkan ujung pakaiannya lalu berusaha keras layaknya seorang manusia yang berjuang keras hingga ketika dia dapat melewati lembah dan sampai di bukit Marwah lalu beridiri di sana sambil melihat-lihat apakah ada orang di sana namun dia tidak melihat ada seorang pun.
Dia melakukan hal itu sebanyak tujuh kali (antara bukit Shafa dan Marwah).
Ibnu 'Abbas RA berkata; Nabi SAW bersabda:
"Itulah sa'iy yang mesti dilakukan oleh manusia (yang berhajji) antara kedua bukit itu".
Ketika berada di puncak Marwah, dia mendengar ada suara, lalu dia berkata dalam hatinya: "diamlah" yang Hajar maksud adalah dirinya sendiri.
Kemudian dia berusaha mendengarkanya maka dia dapat mendengar suara itu lagi maka dia berkata ; "Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud meminta pertolongan".
Ternyata suara itu adalah suara malaikat (Jibril AS) yang berada di dekat zamzam, lantas Jibril mengais air dengan tumitnya" atau katanya; dengan sayapnya hingga air keluar memancar.
Ibu Isma'il mulai membuat tampungan air dengan tangannya seperti ini yaitu menciduk air dan memasukkannya ke geriba sedangkan air terus saja memancar dengan deras setelah diciduk".
Ibnu 'Abbas RA berkata; Nabi SAW bersabda:
"Semoga Allah merahmati Ummu Isma'il (Siti Hajar) karena kalau dia membiarkan zamzam" atau sabda Beliau: " kalau dia tidak segera menampung air tentulah air zamzam itu akan menjadi air yang mengalir".
Akhirnya dia dapat minum air dan menyusui anaknya kembali.
Kemudian malaikat berkata kepadanya: "Janganlah kalian takut ditelantarkan karena disini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya".
Pada saat itu Ka'bah Baitullah keadaanya sesuatu yang muncul dari permukaan tanah seperti sebuah bukit kecil, yang apabila datang banjiir akan terkikis dari samping kanan dan kirinya.
Ibu Isma'il, Hajar, terus melewati hidup seperti itu hingga kemudian lewat serombongan orang dari suku Jurhum atau keluarga Jurhum yang datang dari jalur bukit Kadaa' lalu singgah di hilir Makkah kemudian mereka melihat ada seekor burung sedang terbang berputar-putrar.
Mereka berseru; "Burung ini pasti berputar karena mengelilingi air padahal kita mengetahui secara pasti bahwa di lembah ini tidak ada air.
Akhirnya mereka mengutus satu atau dua orang yang larinya cepat dan ternyata mereka menemukan ada air. Mereka kembali dan mengabarkan keberadaan air lalu mereka mendatangi air.
Beliau berkata:
"Saat itu Ibu Isma'il sedang berada di dekat air". Mereka berkata kepadanya; "Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di sini?". Ibu Isma'il berkata; "Ya boleh tapi kalian tidak berhak memiliki air". Mereka berkata; "Baiklah".
Ibnu 'Abbas RA berkata; Nabi SAW bersabda:
"Ibu Isma'il menjadi senang atas peristiwa ini karena ada orang-orang yang tinggal bersamanya". Akhirnya mereka pun tinggal disana dan mengirim utusan kepada keluarga mereka untuk mengajak mereka tinggal bersama-sama di sana".
Ketika para keluarga dari mereka sudah tinggal bersama Hajar dan Isma'il sudah beranjak belia, dia belajar berbahasa arab dari mereka, bahkan menjadi manusia paling berharga dan paling ajaib di kalangan mereka. Kemudian Isma'il tumbuh menjadi seorang pemuda yang disenangi oleh mereka. Setelah dewasa, mereka menikahkan Isma'il dengan seorang wanita dari mereka dan tak lama kemudian ibu Isma'il meninggal dunia.
Di kemudian hari Ibrahim datang setelah Isma'il menikah untuk mencari tahu apa yang telah ditinggalkannya namun dia tidak menemukan Isma'il. Ibrahim bertanya tentang Isma'il kepada istrinya Isma'il.
Istrinya menjawab; "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.
Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan keadaan mereka.
Istri Isma'il menjawab; "Kami mengalami banyak keburukan dan hidup kami sempit dan penuh penderitaan yang berat". Istri Isma'il mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama suaminya kepada Ibrahim.
Ibrahim berkata; "Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku dan katakan kepadanya agar mengubah daun pintu rumahnya".
Ketika Isma'il datang dia merasakan sesuatu lalu dia bertanya kepada istrinya; "Apakah ada orang yang datang kepadamu?". Istrinya menjawab; "Ya. Tadi ada orang tua begini begini keadaannya datang kepada kami dan dia menanyakan kamu lalu aku terangkan dan dia bertanya kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka aku terangkan bahwa aku hidup dalam kepayahan dan penderitaan".
Isma'il bertanya; "Apakah orang itu ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?". Istrinya menjawab; "Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mengubah daun pintu rumah kamu". Isma'il berkata; "Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu maka itu kembalilah kamu kepada keluargamu".
Maka Isma'il menceraikan istrinya.
Kemudian Isma'il menikah lagi dengan seorang wanita lain dari kalangan penduduk itu lalu Ibrahim pergi lagi meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang dikehendaki Allah.
Dan setelah itu datang kembali untuk menemui mereka namun dia tidak mendapatkan Isma'il hingga akhirnya dia mendatangi istri Isma'il lalu bertanya kepadanya tentang Isma'il.
Istrinya menjawab; "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.
Lalu Ibrahim bertanya lagi; "Bagaimana keadaan kalian". Dia bertanya kepada istrinya Isma'il tentang kehidupan dan keadaan hirup mereka.
Istrinya menjawab; "Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup". Istri Isma'il memuji Allah.
Ibrahim bertanya; 'Apa makanan kalian? '. Istri Isma'il menjawab; "Daging". Ibrahim bertanya lagi; "Apa minuman kalian? '. Istri Isma'il menjawab; "Air".
Maka Ibrahim berdo'a: "Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka".
Nabi SAW bersabda:
"Saat itu tidak ada biji-bijian di Makkah dan seandainya ada tentu Ibrahim sudah mendo'akannya".
Dia berkata; "Dan dari doa Ibrahim tentang daging dan air itulah, tidak ada seorangpun selain penduduk Makkah yang mengeluh bila yang mereka dapati hanya daging dan air".
Ibrahim selanjutnya berkata; "Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar memperkokoh daun pintu rumahnya".
Ketika Isma'il datang, dia berkata: "Apakah ada orang yang datang kepadamu?". Istrinya menjawab; "Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang kepada kami".
Istrinya mengagumi Ibrahim. Dia bertanya kepadaku tentang kamu maka aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita maka aku jawab bahwa aku dalam keadaan baik-baik saja".".
Isma'il bertanya; "Apakah orang itu ada memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?". Istrinya menjawab; "Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan daun pintu rumah kamu".
Isma'il berkata; "Dialah ayahku dan daun pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu".
Kemudian Ibrahim meninggalkan mereka lagi untuk waktu tertentu sebagaimana dikehendaki Allah.
Lalu datang kembali setelah itu saat Isma'il meletakkan anak panahnya di bawah sebatang pohon dekat zamzam. Ketika dia melihatnya, dia segera menghampirinya dan berbuat sebagaimana layaknya seorang ayah terhadap anaknya dan seorang anak terhadap ayahnya.
Kemudian dia berkata; "Wahai Isma'il, Allah memerintahkanku dengan suatu perintah".
Isma'il berkata; "Lakukanlah apa yang diperintahkan Rabbmu".
Ibrahim berkata lagi; Apakah kamu akan membantu aku?".
Isma'il berkata; "Ya aku akan membantumu".
Ibrahim berkata; "Allah memerintahkan aku agar membangun rumah di tempat ini". Ibrahim menunjuk ke suatu tempat yang agak tinggi di banding sekelilingnya".
Perawi berkata; "Dari tempat itulah keduanya meninggikan pondasi Baitullah, Isma'il bekerja mengangkut batu-batu sedangkan Ibrahim yang menyusunnya (membangunnya) hingga ketika bangunan sudah tinggi, Isma'il datang membawa batu ini lalu meletakkannya untuk Ibrahim agar bisa naik di atasnya sementara Isma'il memberikan batu-batu'
Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimat do'a;
("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui". (QS. Albaqarah 127)
Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus saja membaca do'a;
========
KELIMA: NABI IBRAHIM LEBIH MENCINTAI ALLAH DARI PADA NYAWA ANAKNYA ISMAIL SERTA RELA MENYEMBELIHNYA DENGAN KEDUA TANGANNYA.
Ketika Ismail sampai pada usia yang sangat menyenangkan hati Ibrahim yaitu ketika dia telah tumbuh menjadi dewasa dan dapat pergi dan berjalan bersama ayahnya.Nabi Ibrahim a.s. suatu ketika datang menengok putranya Ismail dan ibunya Hajar di negeri Faran (Makkah), lalu melihat keadaan keduanya. Tiba-tiba Allah SWT memerintahkan Ibrahim lewat mimpi untuk menyembelih putra tercintanya Ismail.
Berikut ini kisahnya dalam al-Quran Surat ash-Shooffaat 103 – 111 ):
Artinya:
- (102) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
- (103) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
- (104) Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim,
- (105) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, "sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
- (106) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
- (107) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
- (108) Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.
- (109) (Yaitu): ”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.”
- (110) Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
- (111) Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman..
BERIKUT INI RINGKASAN TAFSIRNYA DARI TAFSIR IBNU KATSIR:
Firman Allah Swt.:Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. (Ash-Shaffat: 102)
Yakni telah tumbuh menjadi dewasa dan dapat pergi dan berjalan bersama ayahnya.
Ibnu Katsir berkata:
“ Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ata Al-Khurrasani, dan Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-Nya: “ Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim “, (Ash-Shaffat: 102) Maksudnya, telah tumbuh dewasa dan dapat bepergian serta mampu bekerja dan berusaha sebagaimana yang dilakukan ayahnya “.
Firman Allah SWT:
Artinya: “ Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! " (Ash-Shaffat: 102)
Ibnu Katsir berkata:
Dan sesungguhnya Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak usia dini terhadap ketaatan kepada Allah Swt. dan baktinya kepada orang tuanya.
Firman Allah SWT:
Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintah¬kan kepadamu.” (Ash-Shaffat: 102)
Maksudnya, langsungkanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu untuk menyembelih diriku.
Firman Allah SWT:
“ insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat: 102)
Ibnu Katsir berkata:
Yakni aku akan bersabar dan rela menerimanya demi pahala Allah Swt. Dan memang benarlah, Ismail a.s. selalu menepati apa yang dijanjikannya. Karena itu, dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya:
Artinya: “ Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridloi di sisi Tuhannya “. (Maryam: 54-55)
Adapun firman Allah Swt.:
Ibnu Katsir berkata:
Setelah keduanya mengucapkan persaksian dan menyebut nama Allah untuk melakukan penyembelihan itu, yakni persaksian (tasyahhud) untuk mati.
Menurut pendapat yang lain, aslama artinya berserah diri dan patuh. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengerjakan perintah Allah Swt. sebagai rasa taat keduanya kepada Allah, dan bagi Ismail sekaligus berbakti kepada ayahnya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah, Qatadah, As-Saddi, Ibnu Ishaq, dan lain-lainnya.
Makna “وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ” ialah merebahkannya dengan wajah yang tengkurap dengan tujuan penyembelihan akan dilakukan dari tengkuknya dan agar Ibrahim tidak melihat wajahnya saat menyembelihnya, karena cara ini lebih meringankan bebannya.
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
“ dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya) “. (Ash-Shaffat: 103)
Yakni menengkurapkan wajahnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih dan Yunus. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Abu Asim Al-Ganawi, dari Abut Tufail, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa:
“ Ketika Ibrahim a.s. diperintahkan untuk mengerjakan manasik, setan menghadangnya di tempat sa'i, lalu setan menyusulnya, maka Ibrahim menyusulnya. Kemudian Jibril a.s. membawa Ibrahim ke jumrah 'aqabah, dan setan kembali menghadangnya; maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil hingga setan itu pergi. Kemudian setan menghadangnya lagi di jumrah wusta, maka Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Kemudian Ibrahim merebahkan Ismail pada keningnya, saat itu Ismail mengenakan kain gamis putih,
Lalu Ismail berkata kepada ayahnya, "Hai Ayah, sesungguhnya aku tidak mempunyai pakaian untuk kain kafanku selain dari yang kukenakan ini, maka lepaskanlah kain ini agar engkau dapat mengafaniku dengannya."
Maka Ibrahim bermaksud menanggalkan baju gamis putranya itu. Tetapi tiba-tiba ada suara yang menyerunya dari arah belakang:
Maka Ibrahim menoleh ke belakang, tiba-tiba ia melihat seekor kambing gibasy putih yang bertanduk lagi gemuk.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa sesungguhnya sampai sekarang kami masih terus mencari kambing gibasy jenis itu. (Hisyam menyebutkan hadis ini dengan panjang lebar di dalam Kitabul Manasik ).
Lalu Ibnu Katsir berkata:
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Al-Hasan ibnu Dinar, dari Qatadah, dari Ja'far ibnu Iyas, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:
Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar “. (Ash-Shaffat: 107)
Bahwa dikeluarkan untuknya seekor kambing gibasy dari surga yang telah digembalakan sebelum itu selama empat puluh musim gugur (tahun).
Maka Ibrahim melepaskan putranya dan mengejar kambing gibasy itu. Kambing gibasy itu membawa Ibrahim ke jumrah ula, lalu Ibrahim melemparnya dengan tujuh buah batu kerikil.
Dan kambing itu luput darinya, lalu lari ke jumrah wusta dan Ibrahim mengeluarkannya dari jumrah itu dengan melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil.
Kambing itu lari dan ditemuinya ada di jumrah kubra, maka ia melemparinya dengan tujuh buah batu kerikil. Pada saat itulah kambing itu keluar dari jumrah, dan Ibrahim menangkapnya, lalu membawanya ke tempat penyembelihan di Mina dan menyembelihnya.
Ibnu Abbas melanjutkan, "Demi Tuhan yang jiwa Ibnu Abbas berada di tangan kekuasaan-Nya, sesungguhnya sembelihan itu merupakan kurban yang pertama dalam Islam, dan sesungguhnya kepala kambing itu benar-benar digantungkan dengan kedua tanduknya di talang Ka'bah hingga kering."
Firman Allah Swt.:
Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu!" (Ash-Shaffat: 104-105)
Ibnu Katsir berkata “
Yakni sesungguhnya engkau telah mengerjakan apa yang telah dilihat dalam mimpimu itu hanya dengan membaringkan putramu untuk disembelih.
As-Saddi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. sempat menggorokkan pisaunya, tetapi tidak dapat memotong sesuatu pun, bahkan dihalang-halangi antara pisau dan leher Nabi Ismail oleh lempengan tembaga. Lalu saat itu juga Ibrahim a.s. diseru:
Artinya: “sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu”. (Ash-Shaffat: 105)
Firman Allah Swt.:
Yakni demikianlah Kami palingkan hal-hal yang tidak disukai dan hal-hal yang menyengsarakan dari orang-orang yang taat kepada Kami, dan Kami jadikan bagi mereka dalam urusannya jalan keluar dan kemudahan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
- Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
- Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At-Talaq: 2-3)
Ibnu Katsir berkata:
Dan sesungguhnya tujuan utama dari perintah ini pada mulanya hanyalah untuk menguji keteguhan dan kesabaran Nabi Ibrahim a.s. dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
- Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat: 106)
Maksudnya, ujian yang jelas dan gamblang, yaitu perintah untuk menyembelih anaknya. Lalu Ibrahim a.s. bergegas mengerjakannya dengan penuh rasa berserah diri kepada Allah dan tunduk patuh kepada perintah-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Adapun firman Allah Swt.:
Sufyan As- Sauri telah meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Abut Tufail dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar “. (Ash-Shaffat: 107)
Yakni dengan kambing gibasy yang berbulu putih, gemuk, lagi bertanduk yang telah diikat di pohon samurah. Abut Tufail mengatakan bahwa mereka (berdua) menemukannya dalam keadaan telah terikat di pohon samurah yang ada di Bukit Sabir.
Menurut pendapat yang sahih, tebusan tersebut berupa seekor kambing gibasy.
0 Komentar